Membaca, Apa yang
terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang
berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan
bahwa membaca hanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang
berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak
menghasilkan materi. Padahal, kalau kita mau berpikir kritis, kita akan
menemukan begitu banyak manfaat dari kegiatan membaca. Dengan membaca suatu
bacaan, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan
meningkatkan kecerdasan. Pemahaman terhadap kehidupan pun akan semakin tajam
karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.
Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan
maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan
modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.
Kebiasaan membaca
adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan
ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan
dikembangkan. Bagi negara – negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya
adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah
untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai
media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas – batas
geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan
digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku,
semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah
buku disebut sebagai jendela dunia.
Manfaat
Perpustakaan
Salah satu unsur
penunjang yang paling penting dalam dunia pendidikan tinggi adalah keberadaan
sebuah perpustakaan. Adanya sebuah perpustakaan sebagai penyedia fasilitas yang
dibutuhkan terutama untuk memenuhi kebutuhan civitas akademik (Dosen, Staf dan
Mahasiswa) akan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kampus itu sendiri.
Didalam penulisan artikel ini, penulis ingin mengkhususkan pembahasan kepada
salah satu bagian dari masyarakat kampus yaitu mahasiswa.
Seperti kita ketahui
bersama, salah satu tujuan utama penyelenggaraan kegiatan belajar di Perguruan
Tinggi adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, bukan
sekedar memenuhi jumlah minimal SKS yang dibebankan lantas mendapatkan ijazah
dan gelar akademik atau profesi. Seseorang akan dikatakan berkualitas apabila
ia mempunyai wawasan luas dan mendalam serta tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang yang digelutinya.
Seorang mahasiswa yang
ingin mencapai sukses dalam studinya harus mempunyai strategi khusus dalam
memanfaatkan waktu untuk belajar semaksimal mungkin dan senantiasa memprediksi
lima atau enam tahun kedepan, pada saat mana ia meninggalkan Perguruan Tinggi
dan mengaplikasikan ilmunya dilapangan. Perlu diingat bahwa, belajar mandiri
(self education) adalah ciri khas belajar di Perguruan Tinggi, ini berarti
bahwa inisiatif untuk belajar aktif dituntut lebih banyak pada mahasiswa, salah
satunya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di perpustakaan.
Manfaat perpustakaan
sangat penting untuk mengasah kemampuan analisis dan pendalam materi
perkuliahan. Perpustakaan memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam jenisnya.
Buku-buku sebanyak mungkin harus dibaca, baik buku yang dianjurkan dosen maupun
buku lain yang tidak dianjurkan. Disarankan agar mahasiswa tidak membatasi diri
hanya membaca buku yang dianjurkan dosen tetapi bacalah buku mengenai fenomena
yang sama sebanyak mungkin, karena pandangan dari banyak pakar dengan membaca
berarti memperluas wawasan kita mengenai objek studi yang kita pelajari.
Kurangi
Tradisi Lisan, Tingkatkan Tradisi membaca
Di era globalisasi
dengan kemajuan teknologi, kebanyakan orang cenderung mendengar dan berbicara
ketimbang melihat diikuti membaca. Di lembaga – lembaga pendidikan pun
tradisi lisan mendominasi proses belajar mengajar sehingga minat baca dan ingin
memiliki buku-buku ilmu pengetahuan bukanlah prioritas utama atau sama sekali
tidak difungsikan secara efisien. Kenyataan menunjukkan adanya dua alternativ
pilihan yakni ketika orang dihadapkan dengan buku-buku ilmu pengetahuan dan
tayangan film menarik, orang akan cenderung melelahkan indra penglihatan (mata)
untuk menonton film berjam – jam daripada membaca buku-buku ilmu pengetahuan.
Membaca buku-buku ilmu pengetahuan disertai dengan menulis sangat berarti karena mengurangi beban
memori ingatan kita. Ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang
sama sekali terserap dengan aspirasi menuju kebenaran dan pemahaman. Dalam
masyarakat pembaca, selalu terkandung pemikiran bahwa dikala orang telah
membaca dan menguasai isi ilmu pengetahuan, orang sering sudah menganggap telah
menjadi ilmuwan atau peneliti yang hebat. Salah satu etika moral seorang
ilmuwan adalah memiliki kesadaran bahwa dia baru mengetahui sebagian dari ilmu
itu. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang
yang dituntut untuk belajar secara terus – menerus dengan jalan banyak
membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Svami Vivekanda seorang tokoh ilmuwan
terkenal mengatakan ilmu pengetahuan dan agama akan bertemu dan berjabat
tangan, puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Apabila kita dapat mewujudkanya,
kita dapat yakin bahwa ia akan terjadi selama – lamanya dan bagi semua orang.
Kurangilah tradisi
lisan, mendengar dengan membaca dan menulis, tukarkan pembelian barang-barang
yang tak memberi input bermakna dengan membeli buku-buku ilmu pengetahuan,
luangkanlah waktu sejenak dengan membaca di perpustakaan karena masa depan kita
ditentukan masa hari ini dan masa hari ini ditentukan masa yang lampau.
Kesemuanya diharapkan dapat mengaktualisasikan makna saraswati dengan arif dan
bijaksana sehingga dapat mendatangkan dampak positif ke arah kemajuan. Oleh
karena itu, jadikanlah budaya membaca bagian dari kehidupan kita yang tak akan
terpisahkan.*
*Disadur dari berbagai sumber.
Dikirim oleh Muktamarudin Fahmi, A.Md,
Perpustakaan FPPB
Tanggal 2008-06-23
Jam 01:16:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar